PEMATERI: CINTA APRILIA PUTRI
MODERATOR: INTAN MUNADIFA
NOTULEN: NAILA SHOFYA AINI
ANGGOTA KELOMPOK:
CINTA APRILIA PUTRI
ANDIN DWI FAIQOTUZ ZAHRA
LUTHFIA ADINDA HUDAYA AS SHOHAB
ALBA KHAIRUN NISA’
ANISA RAMADHANI
WAHIBATUL MASULAH
SYARIEF FATHIMATUZ ZAHRO
NUR ROHMAN
NAILA SHOFYA AINI
INTAN MUNADIFA
MUHAMMAD RAFI NAHWAL FIRDAUSI
SYAIKHURRIDLO FIRMANSYAH
2 thoughts on “NOTULENSI KELOMPOK 1: PSIKOLOGI BELAJAR PAI”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.
Pertanyaan:
1. Menurut pemateri, faktor perkembangan seseorang lebih dipengaruhi oleh lingkungan atau hereditas atau keduanya punya pengaruh yang seimbang?
2. Dari pembahasan makalah, apa implikasi paling nyata bagi guru PAI dalam menghadapi siswa dengan latar belakang hereditas dan lingkungan yang berbeda-beda?
3. Jika hereditas memberikan potensi dasar, apakah lingkungan yang buruk dapat sepenuhnya menghambat perkembangan individu meskipun ia memiliki gen unggul? Sebaliknya, apakah lingkungan yang sangat mendukung bisa mengoptimalkan potensi anak dengan faktor hereditas yang terbatas?
Jawaban :
1. Perkembangan seseorang pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas dan lingkungan. Hereditas merupakan potensi dasar yang dibawa sejak lahir, seperti kemampuan intelektual, temperamen, dan bakat tertentu. Faktor ini menentukan kapasitas awal yang dimiliki individu. Namun, potensi bawaan tersebut tidak akan berkembang optimal tanpa adanya peran lingkungan. Lingkungan meliputi keluarga, pendidikan, teman sebaya, serta kondisi sosial budaya yang membentuk cara berpikir, sikap, dan nilai-nilai seseorang. Dalam kenyataannya, perkembangan individu bukanlah hasil satu faktor saja, melainkan hasil interaksi antara keduanya. Hereditas menyediakan dasar atau benih, sedangkan lingkungan menjadi lahan yang menyuburkan atau justru menghambat pertumbuhan benih tersebut. Oleh karena itu, pendekatan yang paling tepat adalah memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi secara seimbang oleh hereditas dan lingkungan, karena tanpa kombinasi keduanya, potensi tidak akan terwujud secara optimal.
2. Guru PAI perlu menyesuaikan strategi pembelajaran, pendekatan, dan metode bimbingan sesuai kondisi hereditas (bakat, kemampuan bawaan, karakter dasar) dan lingkungan (keluarga, pergaulan, budaya) siswa. Artinya, guru tidak bisa menggunakan satu pendekatan seragam, tetapi harus bersikap adaptif, inklusif, dan personal agar nilai-nilai PAI dapat diterima secara efektif oleh semua siswa.
3. Hereditas pada dasarnya menyediakan potensi bawaan yang bersifat dasar bagi setiap individu. Potensi ini dapat berupa kemampuan intelektual, fisik, maupun temperamen yang diwariskan dari orang tua. Namun potensi tersebut tidak otomatis berkembang dengan sendirinya. Lingkungan tempat seseorang tumbuh memegang peran penting dalam mengaktualkan atau justru membatasi potensi yang dimilikinya. Lingkungan yang buruk—misalnya kurang gizi, minim stimulasi, penuh kekerasan, atau tidak ada akses pendidikan—dapat menghambat perkembangan seseorang meskipun ia memiliki gen unggul. Anak yang seharusnya mampu berkembang pesat bisa saja menunjukkan hasil yang jauh di bawah kapasitasnya karena faktor lingkungan ini.
Sebaliknya, lingkungan yang mendukung mampu menjadi katalis yang mengoptimalkan kemampuan seseorang, bahkan ketika faktor hereditasnya terbatas. Melalui nutrisi yang baik, pengasuhan yang penuh kasih sayang, pendidikan yang tepat, dan kesempatan yang luas, anak dengan potensi bawaan yang biasa saja tetap dapat berkembang secara maksimal sesuai kapasitasnya. Dengan kata lain, hereditas menentukan batas potensi dasar, sedangkan lingkungan menentukan seberapa jauh potensi itu dapat diwujudkan. Keduanya tidak berdiri sendiri, melainkan saling berinteraksi membentuk hasil perkembangan yang nyata.