BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu kegiatan penelitian, instrumen penelitian merupakan komponen penting yang berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan data yang relevan dan dibutuhkan guna menjawab rumusan masalah serta menguji hipotesis penelitian. Instrumen yang tepat, valid, dan reliabel akan sangat menentukan keakuratan, keandalan, serta keabsahan hasil penelitian yang diperoleh. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep, jenis, dan teknik penyusunan instrumen menjadi hal mendasar yang harus dikuasai oleh setiap peneliti.
Dalam konteks penelitian pendidikan, instrumen penelitian tidak hanya harus mampu menangkap data yang sesuai dengan tujuan penelitian, tetapi juga harus disesuaikan dengan kondisi lapangan, latar belakang sosial budaya, serta karakteristik subjek penelitian seperti usia, tingkat pendidikan, dan lingkungan sekolah. Misalnya, instrumen yang digunakan untuk siswa sekolah dasar tentu berbeda dengan yang digunakan pada guru atau kepala sekolah baik dari sisi bahasa, pendekatan, maupun bentuk pengukuran.
Kesalahan dalam memilih atau menyusun instrumen dapat berakibat fatal, seperti data yang tidak akurat, interpretasi yang salah, dan kesimpulan yang menyesatkan. Oleh karena itu, penyusunan instrumen tidak dapat dilakukan secara sembarangan, melainkan harus melalui proses yang sistematis mulai dari penentuan indikator, penyusunan butir soal, uji coba, hingga pengujian validitas dan reliabilitas.
Dalam era modern saat ini, perkembangan teknologi juga turut memengaruhi bentuk dan penggunaan instrumen. Digitalisasi instrumen seperti kuesioner daring, aplikasi survei, dan alat observasi berbasis teknologi turut menjadi perhatian dalam penyusunan alat ukur yang efisien dan efektif.
Dengan demikian, pemahaman yang mendalam terhadap instrumen penelitian menjadi salah satu pilar penting dalam metodologi penelitian pendidikan. Hal ini menjadi bekal bagi peneliti untuk menghasilkan temuan-temuan ilmiah yang berkualitas dan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan dunia pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dalam makalah ini, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
Apa yang dimaksud dengan instrumen penelitian?
Apa saja jenis-jenis instrumen penelitian dalam pendidikan?
Bagaimana cara menyusun instrumen penelitian yang baik dan valid?
Bagaimana proses uji validitas dan reliabilitas instrumen?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Menjelaskan pengertian instrumen penelitian.
Menjelaskan jenis-jenis instrumen dalam penelitian pendidikan.
Menjelaskan prosedur penyusunan instrumen penelitian.
Menjelaskan proses pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang pentingnya instrumen dalam penelitian pendidikan.
Memberikan pemahaman dasar mengenai jenis-jenis dan cara menyusun instrumen penelitian yang baik.
Sebagai referensi bagi mahasiswa atau peneliti pemula dalam menyusun instrumen penelitian yang valid dan reliabel.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan dalam menjawab rumusan masalah penelitian. Instrumen ini berfungsi sebagai sarana utama untuk memperoleh data yang akurat, objektif, dan relevan dengan tujuan penelitian. Pemilihan dan penyusunan instrumen yang tepat akan sangat menentukan validitas dan reliabilitas data yang dikumpulkan.
Dalam konteks penelitian pendidikan, instrumen penelitian dapat berbentuk:
1. Angket atau Kuesioner
Digunakan dalam penelitian kuantitatif untuk mengumpulkan data secara tertulis dari responden. Biasanya terdiri atas pernyataan-pernyataan tertutup atau terbuka yang harus diisi oleh responden sesuai persepsi atau pengalaman mereka.
2. Pedoman Wawancara
Digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menggali informasi secara mendalam melalui interaksi langsung antara peneliti dan subjek. Wawancara dapat bersifat terstruktur, semi-terstruktur, atau tidak terstruktur tergantung tujuan penelitian.
3. Lembar Observasi
Digunakan untuk mencatat perilaku atau aktivitas subjek penelitian secara langsung. Instrumen ini banyak digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK), studi kasus, dan etnografi.
4. Tes atau Uji Kemampuan
Digunakan untuk mengukur prestasi belajar, kemampuan kognitif, atau keterampilan peserta didik. Tes dapat berupa pilihan ganda, uraian, atau tes praktik.
5. Dokumentasi
Meliputi dokumen resmi seperti rapor, kurikulum, arsip, foto, atau catatan lapangan yang dapat digunakan sebagai data pelengkap atau triangulasi.
6. Instrumen Digital
Dalam era teknologi saat ini, instrumen juga bisa disusun dan disebarkan secara daring melalui platform seperti Google Form, Microsoft Form, atau aplikasi survei lainnya yang mendukung efisiensi dan jangkauan yang lebih luas.
Instrumen yang baik harus memenuhi syarat validitas (mengukur apa yang seharusnya diukur) dan reliabilitas (menunjukkan konsistensi hasil pengukuran). Oleh karena itu, proses pengembangan instrumen harus melalui tahapan uji coba dan analisis instrumen sebelum digunakan dalam pengumpulan data sesungguhnya.
B. JENIS-JENIS INSTRUMEN
1. Angket (Kuesioner)
Angket adalah instrumen tertulis yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Instrumen ini banyak digunakan dalam penelitian kuantitatif karena efisien dan dapat menjangkau banyak responden dalam waktu yang relatif singkat.
Jenis pertanyaan: tertutup (dengan pilihan jawaban), terbuka (responden menjawab bebas), atau skala (misalnya skala Likert).
Contoh penggunaan: Survei tingkat kepuasan siswa terhadap metode pembelajaran daring.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara dilakukan secara langsung antara peneliti dan responden untuk menggali informasi lebih mendalam.
Jenis wawancara:
Terstruktur (menggunakan panduan tetap),
Semi-terstruktur (panduan fleksibel),
Tidak terstruktur (bebas sesuai arah pembicaraan).
Contoh penggunaan: Studi kualitatif tentang persepsi guru terhadap kurikulum merdeka.
3. Observasi (Pengamatan Langsung)
Observasi digunakan untuk mencatat perilaku, aktivitas, atau situasi yang sedang terjadi di lapangan.
Jenis observasi:
-Observasi partisipatif (peneliti ikut terlibat),
-Non-partisipatif (peneliti hanya mengamati),
-Terstruktur (menggunakan instrumen seperti check list),
-Tidak terstruktur (tanpa panduan tetap).
Contoh penggunaan: Mengamati keterlibatan siswa saat kegiatan diskusi kelompok.
4. Tes
Tes merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan, keterampilan, atau pengetahuan peserta didik.
Jenis tes:
-Tes objektif (pilihan ganda, benar-salah),
-Tes subjektif (uraian),
-Tes praktik (keterampilan langsung),
-Tes diagnostik (untuk mengetahui kelemahan siswa).
Contoh penggunaan: Tes matematika untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar tertentu.
5. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara menelaah dan menganalisis dokumen-dokumen tertulis atau visual.
Jenis dokumen: Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), nilai rapor, foto kegiatan, video pembelajaran, notulen rapat, arsip surat, dll.
Contoh penggunaan: Mengumpulkan data historis perkembangan sekolah dari arsip.
6. Skala Penilaian (Rating Scale)
Digunakan untuk mengukur sikap, minat, atau persepsi dengan menggunakan rentang nilai, seperti skala Likert, skala Semantik Diferensial, dan skala Guttman.
Contoh penggunaan: Skala sikap siswa terhadap mata pelajaran PAI dengan pernyataan “Saya senang mengikuti pelajaran PAI” (Sangat Setuju – Tidak Setuju).
7. Catatan Lapangan (Field Notes)
Instrumen ini berupa catatan bebas peneliti selama pengamatan berlangsung, mencatat hal-hal penting yang tidak tertangkap oleh instrumen formal lain.
Contoh penggunaan: Mencatat ekspresi dan respon non-verbal siswa saat guru menjelaskan materi di kelas inklusif.
8. Instrumen Digital
Teknologi kini mendukung penggunaan instrumen digital seperti survei online (Google Form, Microsoft Form), aplikasi observasi berbasis mobile, dan platform e-learning yang merekam data partisipasi siswa.
Contoh penggunaan: Penggunaan Google Form untuk evaluasi pembelajaran daring secara cepat dan akurat.
C. PROSEDUR PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN
Penyusunan instrumen penelitian yang baik harus dilakukan secara sistematis agar data yang diperoleh valid dan reliabel. Berikut adalah langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian beserta penjelasannya:
1. Menentukan Tujuan Penelitian
Langkah pertama adalah merumuskan tujuan penelitian secara jelas dan spesifik. Tujuan ini akan menjadi dasar dalam menentukan data apa yang perlu dikumpulkan. Tanpa tujuan yang jelas, penyusunan instrumen menjadi tidak terarah.
Contoh: Meneliti pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar siswa.
2. Menentukan Variabel Penelitian
Setelah tujuan ditentukan, peneliti harus merumuskan variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel dibedakan menjadi variabel bebas (independen), variabel terikat (dependen), dan variabel kontrol jika ada.
Contoh:
Variabel bebas: model pembelajaran kooperatif
Variabel terikat: hasil belajar siswa
3. Menentukan Indikator dari Setiap Variabel
Setiap variabel harus dijabarkan ke dalam indikator-indikator yang dapat diukur secara operasional. Indikator inilah yang akan dijadikan dasar dalam menyusun butir instrumen.
Contoh indikator hasil belajar: pemahaman konsep, kemampuan memecahkan soal, kemampuan menerapkan konsep.
4. Menyusun Butir-Butir Pertanyaan atau Pernyataan
Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, peneliti mulai menyusun butir instrumen. Bentuknya bisa berupa pertanyaan terbuka, pernyataan dalam skala, soal pilihan ganda, uraian, atau daftar observasi, tergantung jenis penelitian.
Tips:
Gunakan bahasa yang jelas dan sesuai dengan tingkat pemahaman responden.
Hindari pertanyaan yang ambigu atau membingungkan.
Pastikan butir instrumen relevan dengan indikator.
5. Melakukan Uji Coba (Try Out) Instrumen
Sebelum digunakan dalam penelitian utama, instrumen harus diuji coba terlebih dahulu pada kelompok kecil yang memiliki karakteristik serupa dengan subjek penelitian. Tujuannya adalah untuk mengukur kejelasan isi, tingkat kesulitan, serta kelayakan instrumen.
Contoh: Menyebarkan angket ke 10 siswa dari sekolah lain yang setara dengan subjek penelitian utama.
6. Menganalisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas menunjukkan sejauh mana instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas isi: dilakukan melalui penilaian ahli (expert judgment).
Validitas empiris: menggunakan analisis statistik seperti korelasi butir-soal.
Reliabilitas menunjukkan konsistensi hasil pengukuran.
Biasanya diuji dengan rumus Alpha Cronbach (untuk skala) atau Spearman-Brown (untuk tes).
Nilai reliabilitas > 0,70 umumnya dianggap baik.
7. Menyempurnakan Instrumen
Berdasarkan hasil uji coba dan analisis validitas-reliabilitas, peneliti harus melakukan revisi terhadap instrumen. Butir yang tidak valid dihapus atau diperbaiki, dan bahasa instrumen disempurnakan untuk meningkatkan kejelasan serta efektivitas dalam pengumpulan data.
Tujuan akhir: Instrumen yang final harus mampu mengukur variabel penelitian secara akurat, dapat digunakan secara praktis di lapangan, dan menghasilkan data yang dapat diandalkan.
D. VALIDASI DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Dalam penelitian, keandalan instrumen sangat penting untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan benar-benar menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Dua aspek utama yang harus diperhatikan adalah validitas dan reliabilitas.
1. Validitas Instrumen
Validitas adalah sejauh mana suatu instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Jika suatu instrumen tidak valid, maka data yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian secara tepat.
Validitas Isi (Content Validity)
Menunjukkan sejauh mana butir-butir dalam instrumen mencakup seluruh aspek yang hendak diukur berdasarkan indikator dan ruang lingkup materi.
Penilaiannya biasanya dilakukan oleh ahli (expert judgment).
Contoh: Jika ingin mengukur kompetensi guru, instrumen harus mencakup aspek pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian.
Validitas Konstruk (Construct Validity)
Mengukur apakah instrumen benar-benar mencerminkan konsep teoretis atau konstruk yang dimaksud.
Biasanya digunakan dalam pengukuran variabel abstrak seperti sikap, motivasi, atau persepsi.
Diuji menggunakan analisis faktor (factor analysis) atau korelasi antar item dalam skala.
Validitas Empiris (Empirical Validity)
Berdasarkan analisis statistik terhadap hasil uji coba instrumen. Terdapat beberapa jenis validitas empiris, antara lain:
Validitas Korelasi Butir (Item-Total Correlation):
Mengukur korelasi antara skor tiap butir dengan skor total. Butir dikatakan valid jika koefisien korelasi r > 0,30.
Validitas Kriteria (Criterion-Related Validity):
Dibandingkan dengan kriteria eksternal tertentu yang sudah terbukti valid. Misalnya, membandingkan hasil tes baru dengan hasil Ujian Nasional.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah tingkat konsistensi suatu instrumen dalam mengukur data jika digunakan berulang kali dalam kondisi yang sama. Instrumen yang reliabel akan memberikan hasil yang stabil dan konsisten dari waktu ke waktu.
Metode Mengukur Reliabilitas:
Alpha Cronbach (Cronbach’s Alpha)
Digunakan untuk instrumen berbentuk skala (misalnya skala sikap atau persepsi).
Nilai α ≥ 0,70 menunjukkan reliabilitas tinggi.
Jika α < 0,60, reliabilitas dianggap rendah.
Split Half (Belah Dua)
Instrumen dibagi menjadi dua bagian (misalnya ganjil dan genap), kemudian dihitung korelasi antara dua bagian tersebut.
Korelasi yang tinggi menunjukkan instrumen yang konsisten.
Test-Retest
Instrumen yang sama diberikan kepada responden dalam dua waktu berbeda, lalu hasilnya dibandingkan.
Cocok untuk instrumen yang mengukur variabel stabil seperti kepribadian.
Rater Reliability (Inter-Rater Reliability)
Digunakan saat data dinilai oleh lebih dari satu penilai. Mengukur sejauh mana konsistensi antar penilai terhadap suatu objek.
Cocok untuk instrumen observasi atau penilaian kinerja.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instrumen penelitian merupakan aspek fundamental dalam proses pengumpulan data karena berfungsi sebagai alat utama untuk memperoleh informasi yang relevan, akurat, dan sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen yang dirancang dengan baik akan menentukan kualitas data yang dihasilkan, sehingga dapat menghasilkan temuan dan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dalam penelitian pendidikan, penggunaan instrumen harus memperhatikan konteks sosial dan karakteristik subjek, serta mempertimbangkan pendekatan penelitian yang digunakan, apakah kuantitatif, kualitatif, atau campuran. Jenis instrumen seperti angket, wawancara, observasi, tes, dokumentasi, dan skala penilaian harus dipilih dan disusun secara tepat sesuai dengan kebutuhan dan objek penelitian.
Proses penyusunan instrumen mencakup beberapa tahapan penting, mulai dari perumusan tujuan, identifikasi variabel dan indikator, penyusunan butir instrumen, uji coba, hingga analisis validitas dan reliabilitas. Dua aspek utama dalam evaluasi kualitas instrumen adalah validitas (mengukur apa yang seharusnya diukur) dan reliabilitas (menunjukkan konsistensi hasil).
Oleh karena itu, setiap peneliti, terutama di bidang pendidikan, harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai prinsip-prinsip dasar instrumen penelitian agar hasil penelitian benar-benar menggambarkan realitas di lapangan. Dengan demikian, penelitian tidak hanya menjadi rutinitas akademik, tetapi juga mampu memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan perbaikan praktik pendidikan.
B. Saran
Peneliti perlu memahami karakteristik setiap jenis instrumen penelitian secara menyeluruh dan memilih jenis instrumen yang paling tepat sesuai dengan tujuan penelitian, jenis data yang dibutuhkan, serta pendekatan penelitian yang digunakan—baik itu kuantitatif, kualitatif, maupun kombinasi keduanya.
Selain itu, peneliti juga disarankan untuk:
Mengembangkan instrumen secara sistematis, mulai dari identifikasi variabel, penyusunan indikator, hingga perumusan butir instrumen, agar alat ukur yang digunakan benar-benar sesuai dengan rumusan masalah dan kerangka teoritik penelitian.
Melakukan uji coba (try out) terhadap instrumen yang telah disusun untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya, sebelum digunakan dalam pengumpulan data utama. Hal ini penting agar data yang dikumpulkan bersifat valid dan dapat dipercaya.
Melibatkan ahli atau pembimbing dalam proses validasi isi instrumen, terutama untuk memastikan bahwa setiap butir telah mewakili indikator yang dimaksud dan sesuai dengan kaidah penyusunan instrumen ilmiah.
Menguasai teknik analisis validitas dan reliabilitas baik secara manual maupun dengan bantuan software statistik (seperti SPSS, ANATES, atau Microsoft Excel), guna menjamin kualitas instrumen yang akan digunakan.
Menyesuaikan bahasa dan bentuk instrumen dengan karakteristik responden, seperti usia, tingkat pendidikan, dan latar belakang budaya, agar instrumen mudah dipahami dan tidak menimbulkan bias dalam pengisian.
Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, diharapkan peneliti dapat menghasilkan data yang akurat dan bermakna, serta mendukung pengambilan kesimpulan yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.