
KELOMPOK 1
DURROTUN NAFIISAH ALYATIMAH
M.DZIYAK UL HAQ
FEBRIA QURROTA A’YUN ROSYADI
LAYLI YATUN NI’MAH
AUREL GEBRANI MUHAMMAD ROEM
LU’LU’ FIKRI ZUHRIYAH
AIDI NATA AMALIA
FITA FARAH AL ADIBA
KIRANA NUR FAIZAH HANUM
AISYAH FADILLAH
ABZARI KEYSAN OMAR
UMMI LATIFA AHMAD
Moderator : Aisyah Fadilah
Notulen : Layli Yatun Ni’mah
Pemateri 1 : Muhammad Dziyak Ul Haq
“Gejala Kejiwaan”
pertanyaan 1
Fita Farah Al Adiba
apakah kita harus memahami gejala kejiwaan, kenapa?
harus, karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. antisipasi, agar kita mengetahui keadaan jiwa kita dan dapat mengukur tingkat kewarasan kita, teman, atau orang di sekitaran kita.
pertanyaan 2
Ummi Latifa Ahmad
Bagaiman contoh gejala jiwa kognisi?
Contoh gejala jiwa kognisi meliput banyak hal bisa kita ambil contoh dalam hal berfikir seorang mahasiswa yang lagi menganalisis banjir di kota melalui data curah hujan dan tata letak kotaKesimpulan gejala jiwa kognisi dapat kita alami ketika seseorang berpikir, mengingat, atau memecahkan masalah.
pertanyaan 3
Layli Yatun Ni’mah
Dari jawaban pemateri atas pertanyaan fita, mengenai keharusan mempelajari gejala kejiwaan, apa benefit nya selain memahami diri dan orang lain?
Kita dapat mengetahui hal hal yang menjadi penyebab kita marah atau kecewa dan perasaan emosional lainya, sehingga kita dapat mengerti, mengukur, dan mempertimbangkan keputusan kita serta menentukan batasan batasan bagi diri kita. Dengan begitu kita dapat menjaga kestabilan emosi.
Pemateri 2 : Durrotun Nafisah Alyatimah
” Fase dan Ciri-Ciri Perkembangan PraNatal Anak Usia Balita dan Anak Usia SD”
pertanyaan 1
Layli Yatun Ni’mah
Dengan mempelajari ilmu perkembangan anak, bagaimana kita menerapkanya saat kita menjadi guru agama nantinya?
Dengan mempelajari ilmu perkembangan anak, kita sebagai calon guru Pendidikan Agama dapat memahami perbedaan kemampuan, emosi, dan cara berpikir setiap anak di tiap tahap usia. Pengetahuan ini membantu kita menyesuaikan cara mengajar, bahasa, dan metode pembelajaran agama agar lebih efektif dan menyentuh hati peserta didik.Sebagai guru, kita tidak hanya menyampaikan ilmu agama, tetapi juga membimbing perkembangan iman, akhlak, dan kepribadian sesuai usia anak. Dengan begitu, kita dapat menjadi pendidik yang sabar, bijak, dan teladan, sehingga pendidikan agama benar-benar membentuk anak menjadi pribadi beriman, berakhlak mulia, dan berjiwa sosial.