Moderator: Ahmad Bachtiar Wiranu
Notulensi: Atha Ivana
Pemateri:

  1. Bunga Nahwafillah Rachmawati = Teori Belajar Behavioristik dan Kognitivistik
  2. Faiz Vernanda Wildaniyah dan Syaikhurridlo Firmansyah = Teori Belajar Dalam Aliran Humanistik dan Kontruktivistik

Anggota Kelompok:

  • Luthfia Adinda Hudaya As Shohab
  • M. Faishal Haq
  • Anisa Ramadhani
  • Diah Adila Mutmainnah
  • Wahibatul Masula
  • Fenny Syaichie Savawia
  • Elsa Pramudita
  • Eki Purwo Maharani
  • Ahmad Dzul Hilmi
  • Cinta Aprilia Putri
  • Naila Shofya Aini
  • Eka Ilham Al Falah

Hasil Diskusi :
a.Teori Belajar Behavioristik dan Kognitivistik
Teori belajar behavioristik dan kognitivistik memiliki peran penting dalam memahami proses pembelajaran, meskipun keduanya berangkat dari pandangan yang berbeda. Teori behavioristik berfokus pada pembentukan perilaku yang dapat diamati melalui hubungan antara stimulus dan respon. Pendekatan ini efektif dalam melatih kebiasaan, disiplin, serta keterampilan dasar melalui penguatan positif dan negatif. Namun, teori ini kurang memperhatikan proses berpikir internal dan cenderung menjadikan peserta didik pasif.

Sementara itu, teori kognitivistik menekankan proses mental internal dalam belajar, bagaimana individu memahami, mengingat, dan mengorganisasi pengetahuan. Tokoh-tokoh seperti Jean Piaget, Jerome Bruner, dan Ausubel menegaskan bahwa belajar merupakan aktivitas aktif yang menuntut peran aktif peserta didik dalam membangun makna dan pemahaman. Teori ini mendorong kemampuan berpikir kritis, kreatif, serta pembelajaran yang bermakna.

Kedua teori ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, namun keduanya dapat saling melengkapi dalam penerapan pendidikan. Integrasi keduanya akan menghasilkan proses belajar yang seimbang antara pembentukan perilaku, pengembangan kemampuan berpikir, dan pemahaman mendalam. Dengan demikian, guru perlu berperan sebagai fasilitator yang mampu memadukan aspek perilaku dan kognisi agar pembelajaran menjadi efektif, bermakna, serta sesuai dengan karakteristik peserta didik.

b. Teori Belajar Dalam Aliran Humanistik dan Kontruktivistik
Teori belajar humanistik dan konstruktivistik sama-sama menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran, dengan guru berperan sebagai fasilitator yang menciptakan suasana belajar aktif, mandiri, dan bermakna. Humanistik menekankan pada pengembangan potensi manusia secara utuh, mencakup aspek intelektual, emosional, dan moral. Tokoh seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers menyoroti pentingnya aktualisasi diri, kebebasan, serta hubungan empatik antara guru dan siswa agar pembelajaran menjadi bermakna dan menumbuhkan tanggung jawab pribadi.

Sementara itu, konstruktivistik berfokus pada bagaimana peserta didik membangun pengetahuan melalui pengalaman dan interaksi sosial. Tokoh seperti Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa belajar adalah proses aktif membentuk makna, di mana pengetahuan tidak ditransfer begitu saja, tetapi dikonstruksi berdasarkan pengalaman nyata.

Kedua teori ini memiliki kesamaan dalam menumbuhkan motivasi intrinsik, kemandirian, dan kreativitas peserta didik. Humanistik unggul dalam membentuk kepribadian dan nilai kemanusiaan, sedangkan konstruktivistik lebih efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kolaboratif, dan problem solving. Dalam konteks Pendidikan Agama Islam, keduanya selaras dengan nilai-nilai Islam yang menekankan keseimbangan antara intelektual, spiritual, dan moral. Penerapan kedua teori ini dapat saling melengkapi, menghasilkan pembelajaran yang bukan hanya berorientasi pada hasil akademik, tetapi juga pada pembentukan manusia yang berkarakter, beriman, dan berakhlak mulia.

Leave a Reply